Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Muncul Jerawat Di Wajah? Jangan Risau Ini Cara Mengatasinya!

 



Siapasih yang tidak risau bila tiba-tiba timbul jerawat di wajah?
Di dahi, pipi, bahkan ada jerawat yang muncul subur di bagian dagu, duh

Bagi sebagian orang mungkin tidak ambil pusing dengan munculnya jerawat di wajahnya, tapi apa iya kamu tidak pusing atau PD harus menunjukan wajah mu yang di tumbuhi jerawat di depan kawan-kawan mu, pacar atau orang baru yang kamu temui?

Jadi saya anggap masalah jerawat adalah maslah terbesar bagi sebagian orang apa lagi para remaja. Tenang jangan risau, coba baca 3 Tips dari sumber terpercaya yang saya rangkum dan tulis di bawah ini ya!

Jerawat? Jangan Risau Ini Cara Mengatasinya

1. Pemilihan Asupan Makanan

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asupan makanan memengaruhi keparahan jerawat. Beberapa data menunjukkan bahwa makanan berbasis gula tunggi lebih dapat memicu jerawat. Penelitian klinis menunjukkan pasien dengan indeks glikemik dan indeks massa tubuh yang lebih rendah lebih jarang mengalami jerawat, menurunkan kadar androgen bebas dan meningkatkan sensitivitas insulit. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa asupan susu meningkatkan risiko jerawat, terutama susu skim. Wanita yang mengonsumsi susu lebih dari dua gelas sehari memiliki risiko jerawat lebih besar hingga 44%.

Baca Juga : Obat Jerawat Alami di Tahun 2023 Ampuh Dan Gratis

2. Pengobatan Topikal

Terapi first-line ditentukan berdasarkan lokasi dan besarnya jerawat. Benzoil peroksida membunuh P. acnesdan salep komedolitik ringan mencegah pembentukan komedo dan noda jerawat. Setelah pasien mulai menggunakan benzoil peroksida, pasien dapat memperoleh hasilnya dalam 5 hari. Jika pasien memiliki kulit sensitif, gunakan formulasi yang lebih ringan dan berbasis air.

Antibiotik topikal tersedia dalam kombinasi dengan benzoil peroksida, yaitu klindamisin (lebih banyak direkomendasikan) dan eritromisin. Asam azelat dan asam salisilat terkadang digunakan untuk memperoleh efek komedolitiknya, tetapi asam azelat memiliki efek mencerahkan kulit dan harus digunakan dengan hati-hati pada kulit yang lebih gelap.

Retinoid topikal, meliputi tretinoin, adapalene, dan tazarotene, merupakan agen antiinflamasi dan komedolitik yang paling efektif untuk pengobatan topikal. Efek samping retinoid di antaranya kulit kering, mengelupas, eritema, dan iritasi. Jika pasien mengalami salah satu gejala ini, frekuensi penggunaan obat harus dikurangi. Tretinoin tidak stabil terhadap cahaya, harus digunakan sebelum tidur dan tidak boleh digunakan bersama benzoil peroksida karena dapat terinaktivasi.

Tazarotene memiliki efek samping untuk wanita hamil, sehingga untuk wanita hamil harus diberikan konseling dengan ketat saat menerima resep ini. Tazarotene tidak tersedia di Indonesia.

Gel adapalene 1% disetujui digunakan pada pasien minimal usia 9 tahun dan tretinoin 0,05% mikron disetujui untuk pasien lebih dari 10 tahun. Semua produk retinoid lainnya disetujui untuk pasien lebih dari 12 tahun dan penggunaannya dibatasi pada jerawat dengan onset awal.

3. Terapi Antibiotik

Antibiotik sistemik diindikasikan untuk jerawat sedang hingga parah dan harus digunakan dalam bentuk kombinasi dengan retinoid topikal. Akan tetapi, monoterapi antibiotik sistemik bukan merupakan terapi yang tetap karena adanya kemungkinan resistensi yang terbentuk terhadap antibiotik sistemik dan adanya laporan hubungan antara penggunaan antibiotik sistemik dan munculnya inflammatory bowel disease, faringitis, dan infeksi Clostriduym difficile. Pasien yang mulai menggunakan antibiotik sistemik harus terus dievaluasi setiap 3 hingga 6 bulan dan segera dihentikan secepat mungkin.

Tetrasiklin, terapi first-line, meliputi doksisiklin dan minosiklin, bekerja dengan mengikat ribosom bakteri subunit 30S serta memberikan efek antiinflamasi. Apoteker harus memastikan dosisnya diberikan dengan tepat. Doksisiklin paling efektif pada dosis 1,7 hingga 2,4 mg/kg dan dapat diberikan satu atau dua kali sehari. Pasien harus diberikan informasi mengenai efek samping gangguan gastrointestinal, fotosensitivitas, dan efek pusing yang mungkin terjadi.

Eritromisin dan azitromisin merupakan antibiotik makrolida terapi second-line. Azitromisin, diberikan 3 kali seminggu hingga 4 kali sebulan untuk mengobati jerawat. Makrolida dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal dan, pada kasus berat, abnormalitas konduksi jantung dan bahkan hepatoksisitas.

Bactrim efektif dalam mengobati jerawat dengan menghambat sintesis asam folat pada bakteri. Akan tetapi, bactrim jarang digunakan karena agen lainnya terbukti lebih efektif. Pasien harus diberikan informasi mengenai efek samping yang mungkin terjadi, meliputi gangguan gastrointestinal, fotosensitivitas, serta gatal, pengelupasan, dan ruam alergi pada kulit. Selain itu, bactrim tidak boleh digunakan untuk jangka-panjang karena kemungkinan terjadinya neutropenia, agranulositosis, anemia, dan trombositopenia.

Post a Comment for "Muncul Jerawat Di Wajah? Jangan Risau Ini Cara Mengatasinya!"